Wednesday, August 15, 2012

Dimana saya sekarang?

Jawaban dari pertanyaan ini sebenarnya tidak terlalu sesuai dengan harapan saya diawal tahun ketika saat itu saya akhirnya berhasil menyelesaikan sekolah strata satu dan memiliki impian untuk melanjutkan sekolah ke luar negeri atau bekerja terlebih dahulu di tempat dimana yang sesuai dengan disiplin ilmu saya.
 
Saat ini saya sudah diterima di  program magister di salah satu perguruan tinggi negeri di kota Bandung, saya juga bekerja paruh waktu di sebuah Yayasan yang bergerak dibidang pelestarian terumbu karang.
Kalau mau dibilang pada saat sebulan lalu saya masih kurang puas dengan apa yang sudah saya dapatkan. Mengapa? Karena saya bisa dikatakan tidak berhasil dapat melanjutkan sekolah ke luar dan walaupun akhirnya mendapat pekerjaan yang sesuai dengan disiplin ilmu, saya masih menopangkan hidup saya di Yayasan Ayah Ibu dimana saya belum bisa benar-benar hidup secara mandiri dalam hal finansial.



Meratapi Nasib? Mungkin itu pernyataan yang pas ketika itu ketika saya tidak bersyukur atas apa yang sudah saya dapatkan. Namun, disaat posisi seperti itu, secara unik Dia menyentil saya dengan pemandangan yang membuat saya kembali intropeksi diri betapa sombongnya saya kalau tidak bersyukur. Pemandangan itu diperlihatkan pada awal puasa ketika saya sedang di Bandung untuk proses pendaftaran sekolah.



Seorang bapak separuh baya dengan kaki yang tinggal satu menaiki sepeda! Tidak terlihat bapak itu meratapi nasibnya tetapi justru sebaliknya, beliau tidak meratapi nasibnya dan terus mengayuh sepedanya. Bapak tersebut sudah mensyukuri hidupnya secara luar biasa.

Sentilan itu langsung kena ke  sasaran. Saya langsung berkata dalam hati

  ‘Ini hanya sebuah proses, jalanin, syukuri, usaha dan doa lalu biarkan urusan yang lain udah ada yang mengatur’


Hari ini, tepat ketika umur saya menjadi 23 tahun, saya syukuri sepenuhnya apa yang sudah saya dapatkan. Saya memang belum bisa mewujudkan mimpi sekolah di luar atau belum bisa benar-benar mandiri dalam kehidupan finansial, tapi saya bersyukur saya masih bisa tersenyum hari ini dengan apa yang saya punya dan keluarga saya masih selalu mendukungnya. masih banyak orang yang kehidupan tidak seberuntung saya sekarang, tidak sepantasnya saya meratapi nasib atau bahkan tidak sampai bersyukur dengan apa yang saya miliki sekarang. Terima Kasih Ya Allah masih diberi kesempatan sampai di usia ini, saya akan menikmati kegagalan dan keberhasilan selam proses kehidupan ini, doa saya semoga kelak ketika saya sudah merasakan hasil dari proses ini, kedua orang tua saya masih ada sehingga saya bisa melihat mereka tersenyum. 


"Maka Nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?" (Ar-Rahman:21)

2 comments:

  1. em semangat ka Ibnuu :p
    untung baca ini karena akir2 ini sayapun merasa seperti itu (kurang syukur)

    ReplyDelete
  2. makasih chaa :D
    haha iya sama-sama lagi proses belajar ini biar jd org yg jago bersyukur

    ReplyDelete